MEMELIHARA STANDAR PENAMPILAN PRIBADI
A.
HAKIKAT
DAN PENTINGNYA PENAMPILAN SERASI
Penampilan
diri (grooming) sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari. Apalagi bagi tenaga pelayanan. Seperti sales, pedagang,
atau penjual. Tentu saja harus selalu berpenampilan serasi dan menarik.
Grooming artinya penampilan diri seseorang. Grooming dalam pelayanan prima
adalah penampilan diri tenaga pelayanan, sales, sekertaris, atau pedagang pada
waktu bekerja memberikan pelayanan kepada kolega dan pelanggan.
1.
Bersolek dan berhias sewajarnya
Cara bersolek dan berhias perlu diperhatikan agar
penampilan kita serasi dan menarik. Serta tidak terkesan norak atau seronok.
Bersolek hendaknya tidak berlebihan. Bersolek untuk pergi ke tempat kerja atau
ke sekolah hendaknya sekedar saja. Kurang pantas seorang wanita atau remaja
memakai kosmetik secara berlebihan. Sebab, hal itu akan menimbulkan kesan
seolah-olah tidak tahu tata krama berdandan.
Menggunakan perhiasan pun hendaknya tidak berlebihan
agar tidak menimbulkan kesan seolah-olah etalase berjalan. Perhiasan seperti
anting-anting, kalung, gelang, cincin, tas, arloji, dan ikat pinggang hendaknya
seperlunya saja. Jika memakai perhiasan emas berlebihan, tentu akan memancing
timbulnya tindak kejahatan. Tidak jarang wanita yang mengenakan perhiasan emas
menjadi korban pencurian dengan kekerasan.
2.
Berbusana secara rapi (well groomed)
Well
groomed adalah istilah inggirs yang digunakan untuk menggambarkan orang
yang berbusana resmi dan menarik. Berbusana resmi dan menarik (personal appearance) tentu harus sesuai
dengan etiket dan tata krama pergaulan di masyarakat.
Di Indonesia tata cara berbusana resmi
bagi pegawai negeri sipil ada aturannya. Menurut surat keputusan presiden RI
Nomor 18 Tahun 1972 tentang Pakainan pejabat sipil, pakaian resmi pejabat sipil
adalah PSH, PSR, PSL, dan PSN. Surat keputusan menhankam/pangab Nomor 569/V/75
tanggal 22 Mei 1975 mengatur tentang pakaian Anggota ABRI/TNI, yaitu PDU (I,
II, III, IV), PDH, PDL (I dan II). Pakaian resmi untuk kaum wanita adalah
pakaian kebaya. Di daerah pedesaan masih berlaku pakaian tradisional atau
pakaian adat.
Masuknya pengaruh budaya Barat, pakaian
resmi untuk kaum pria adalah stelan kemeja lengkap dengan dasinya. Padahal
menurut budaya Indonesia laki-laki menggunakan pakaian adat daerahnya
masing-masing, seperti pakaian adat sunda, pakaian telok belanga atau baju
kurung, pakianan adat jawa, pakaian adat bali, dan sebagianya.
Berikut ini uraian pakaian resmi menurut
tata cara berbusana internasional.
a.
Pakaian stelan lengkap
Pakaian stelan lengkap terdiri atas
pantalon, jas, dan dasi. Pada pagi hari tidak memakai warna hitam, tetapi warna
light colour. Pada waktu mengikuti
upacara kenagaraan mengenakan stelan jas dan dasi, kecuali jika dalam surat
undangan tertulis “sport shirt” atau “no jacket”.
b.
Pakaian resmi (black tie)
Pakaian resmi (black
tie) terdiri atas celana hitam, kemeja putih, dasi kupu-kupu hitam, kaos
kaki hitam, dan sepatu hitam. Di amerika serikat atau di Negara-negara barat
untuk beberapa musim dipakai black tie.
Di Indonesia, masalah pakaian resmi sangat fleksibel dan agak luwes, sehingga
tidak harus selalu berpakian resmi.
c.
Dark suit
Berbusana dark suit dianggap pakaian resmi untuk budaya Indonesia. Pakaian
jenis ini dapat digunakan untuk pakaian sehari-hari. Pada acara resmi
kenegaraan para pejabat boleh memakai stelan kemeja batik, yang penting sopan.
3.
Ukuran ketampanan dan kecantikan
Ketampanan seorang pria sebenarnya lebih ditentukan
oleh sifat kepribadian yang penuh wibawa, tanggung jawab, percaya diri, siap
melindungi, sikap sportif atau kesatria, kepekaan rasa, dan sikap rela
berkorban. Mungkin kita perlu mencamkan baik-baik ungkapan berikut ini “Hati
sombong pangkal sifat-sifat yang tidak terpuji, sedangkan rendah hati adalah
pangkal sifat-sifat yang anggun dan menarik.”
Kecantikan
seorang wanita juga tidak ditentukan oleh parasnya yang cantik dan bukan pula
karena tubuhnya yang molek. Kecantikan seorang wanita sangat ditentukan oleh
sifat-sifat kepribadian yang baik, seperti jujur setia, ramah, halus, tutur
katanya, sensual, feminin, percaya diri, keibuan, dan mandiri. Itulah sebabnya
mencul ungkapan “Wanita yang cantik adalah wanita yang cantik hatinya, bukan
cantik parasnya.”
Dengan
demikian, ketampanan atau kecantikan tidak menjamin seorang laki-laki atau
perempuan tampil menarik. Bahkan, tanpa bersolek atau berhias pun akan tampil
cantik dan menarik jika memiliki sifat-sifat pribadi yang baik.
B.
PEMBENTUKAN
KEPRIBADIAN
1.Pengertian
kepribadian
Kepribadian merupakan semua corak kebiasaan
manusia yang terhimpun dalam dirinya dan digunakan untuk bereaksi serta
menyesuaikan diri tehadap segala rangsangan, baik yang datang dari luar maupun
dari dalam.
Perkembangan kepribadian itu bersifat
khas, unik, dan dinamis. Selama individu masih hidup, bertambah pengetahuan dan
pengalamannya, maka kepribadiannya akan semakin matang. Allport (seorang ahli psikologi) menyebutkan, keperibadian adalah
organisasi yang dinamis dari system psiko-fisik yang unik (khas) pada diri
individu yang turut menentukan cara-cara penyesuaian diri dengan lingkungannya.
Sigmund
freud (1856-1939), menyebutkan bahwa kepribadian (jiwa) dibentuk oleh tiga
kekuatan, yaitu id (ech), super ego
(ueber ich), ego (ich). Id kebudayaan/hasil belajar, seperti dorongan seks,
agresi, amarah, dan hal-hal yang bersifat traumatik. Id berada di bawah ketidaksadaran, sehingga kemunculannya sukar
untuk dikendalikan. Super ego (akal
sehat) berisikan dorongan-dorongan yang berasal dari id.
Ego (perilaku/tindakan)
adalah sitem energi yang langsung berhubungan dengan dunia luar. Jika ego lemah dan dikuasai oleh id, maka individu itu akan mengalami psikopati (dikuasai dorongan
primitif,sehingga sering melanggar norma). Jika ego dapat dikuasai oleh super
ego, maka individu itu akan mengalami neurosis
(tidak menyalurkan dorongan primitifnya, sehingga hidupnya tertekan).
Menurut Freud, untuk menyalurkan dorongan
primitif yang tidak dibenarkanoleh super
ego maka ego mengembangkan mekanisme pertahanan diri (defense mechanism). Freud menyebutkan ada 9 mekanisme pertahanan
diri dalam diri manusia, sebagai berikut.
a. Repression (represi),
yaitu pengalaman yang menyakitkan akan ditekan ke alam bawah sadar.
b. Reaction formation
(pembentukan reaksi), yaitu individu bereaksi sebaliknya dari apa yang
diinginkan agar tidak melanggar norma.
c. Displacement (penempatan
diri yang tidak tepat), yaitu pihak ketiga yang menjadi sasaran karena ia tidak
mampu melakukannya kepada orang kedua.
d. Projection (diproyeksikan),
kesalahan sendiri dilemparkan kepada orang lain.
e. Rationalization (mencari
pembenaran), yaitu mencari alas an yang masuk akal (rasional) untuk menutupi
kesalahannya.
f. Suppression
(menekan diri), yaitu menekan dorongan atau keinginan yang dianggap dapat
melanggar norma ke alam bawah sadar.
g. Sublimation (mencari
tindakan yang lebih sesuai), yaitu dorongan atau keinginan yang tidak
dibolehkan super ego (akal sehat)
tetap dilakukan dengan tindakan yang lebih sesuai dengan norma yang berlaku.
h. Compensation (kompensasi),
yaitu menutupi kekurangan, kelemahan, atau kesalahan dengan cara berprestasi
dalam bidang lain.
i.
Regression
(regresi),
yaitu menghindari kelemahan atau kegagalan dengan cara kembali ke taraf yang
lebih rendah.
2.Pembentukan
kepribadian
Kepribadian selau berubah dan selalu
berkembang sejalan dengan perkembangan kehidupan manusia. Pengertian lingkungan
disini amat luas dan kompleks, mencangkup lingkungan keluarga, sekolah, teman
sebaya, tempat kerja, nilai-nilai, norma-norma, serta lingkungan fisik, social,
dan budaya. Lingkungan hidup yang luas dan kompleks tersebut memengaruhi
kehidupan seseorang sejal ia lahir sampai akhir hayatnya.
Manusia selain sebagi makhluk individu
adalah makhluk sosial, sebagai makhluk individu, manusia memiliki keunikan yang
berbeda dengan individu lainnya. Baik menyangkut inteligensi, bakat, minat,
maupun sifat-sifat pribadinya. Sebagai mahkluk sosial, sejak dilahirkan manusia
selalu berinteraksi dengan manusia-manusia lain dalam rangka memenuhi kebutuhan
dan mempertahankan kehidupannya di muka bumi. Kebutuhan sosial itu antara lain
bersosialisasi, berkomunikasi, berorganisasi sosial, dan sebagainya.
Menurut aliran konvergensi, kepribadian
(jiwa atau perilaku) terbentuk sebagai hasil perpaduan antara faktor pembawaan
dengan faktor pengalaman. Faktor pembawaan bersumber dari dalam diri individu
yang bersangkutan, seperti kecerdasan, bakat, minat, kemauan, dan sebagainya.
Faktor pengalaman bersumber dari hasil pergaulan, pendidikan, agama, serta
pengaruh nilai-nilai norma sosial. Pelopor aliran konvergensi adalah William stern (1887-1938), seorang
psikologi berkebangsaan jerman. Menurut William stren, psikologi adalah ilmu
tentang manusia yang mengalami dan menghayati kehidupannya.
Teori
konvergensi menengahi aliran nativisme dan emperisme. Menurut aliran nativisme
bahwa yang menentukan kepribadian seseorang adalah faktor pembawaan. Sebaliknya
adalah faktor pengalaman atau faktor lingkungan.
Menurut aliran nativisme, jiwa atau
kepribadian dipengaruhi oleh faktor pembawaan (bakat, kemauan, kecerdasan,
sifat-sifat, dan lain-lain). Sejak dilahirkan individu telah membawa pembawaan
(warisan biologis) berupa potensi diri yang jika dilatih dan dikembangkan akan
menyebabkan individu itu berhasil dalam kehidupannya. Sebaliknya, aliran
emperisme berpendapat bahwa jiwa dan keperibadian dipengaruhi oleh pengalaman
atau faktor lingkungan. Manusia sejak lahir tidak membawa apa-apa, kosong
bagaikan sehelai kertas putih (tabula rasa) yang belum ditulisi. Jiwa atau
kepribadian itu ditulisi atau diisi oleh pengalaman sebagai hasil belajar dari lingkungannya.
Didasari oleh pemikiran di atas, jung menggolongkan tipe-tipe
keperibadian berdasarkan fungsi dan reaksinya, sebagai berikut.
a.
Berdasarkan
fungsinya:
1) Kepribadian rasional,
yaitu tipe kepribadian yang dipengaruhi oleh akal sehat
2) Kepribadian intuitif,
yaitu tipe kepribadian yang dipengaruhi oleh firasat atau perasaan kira-kira.
3) Kepribadian emosional,
yaitu tipe kepribadian yang dipengaruhi oleh perasaan.
4) Kepribadian sensitif,
yaitu tipe kepribadian yang dipengaruhi oleh pancaindra sehingga cepat
bereaksi.
b.
Berdasarkan
reaksinya terhadap lingkungan:
1) Kepribaidian ekstrover,
yaitu tipe kepribadian terbuka, yang berorientasi ke dunia luar, sehingga
sifatnya senang bergaul dan medah menyesuaikan diri.
2) Kepribadian introvert,
yaitu tipe kepribadian tertutup, yang berorientasi pada diri sendiri, sehingga
sifatnya pendiam, jarang bergaul, dan suka menyendiri.
3) Kepribadian ambivert,
yaitu tipe kepribadian campuran yang tidak dapat digolongkan ke dalam kedua
tipe di atas karena sifatnya bervariasi.